Asumsi ekonomi makro yang digunakan dalam penganggaran Anggaran Pendapatan dan Belanja tahun 2020 ada empat indikator, mereka adalah  pertumbuhan ekonomi, inflasi, suku bunga dan nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika.  Asumsi ini menjadi dasar pagi pembuat kebijakan dalam menyusun dan memprediksi pendapatan serta besarnya belanja.

Kondisi ekonomi makro ini akan dipakai sebagai pertimbangan dan memprediksi semua kebutuhan dan penerimaan. Sebagai contoh suku bunga akan mempengaruhi penerimaan dari bunga deposito, sehingga pemerintah daerah dapat menghitung kira kira berapa sih yang akan diterima dari jasa giro atau bunga dari deposito mereka.

Asumsi Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi menjadi data yang penting dalam penyusunan APBD, selain untuk bechmarking terhadap keberhasilan pembangunan ekonomi regional juga menjadi patokan dari growth rate besaran APBD yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Jadi dapat diartikan jika pertumbuhan volume APBD lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi maka sumber daya yang di kelola oleh Pemerintah Daerah melebihi ekspetasi. Hal ini juga dapat digunakan sebagai dasar untuk memproyeksi penerimaan dari pajak daerah dan retribusi daerah, termasuk juga besaran pendapatan transfer yang diterima. Asumsi pertumbuhan ekonomi untuk penyusunan APBD tahun 2020 adalah sebesar 5,2% s.d 5,5%.

Asumsi Inflasi Tahun 2020

Asumsi dasar inflasi tahun 2020 adalah sebesar 2% sampai dengan 4%.  Tingkat inflasi perlu diperhatikan dalam penyusunan anggaran, karena dengan menggunakan informasi tingkat inflasi kita dapat memperkirakan deviasi dari belanja kita. Hal itu seiring dengan kenaikan harga harga yang terjadi secara umum dan dapat memicu pengeluaran real belanja pemerintah. Sebagai contoh dengan tingkat inflasi yang tinggi bisa menaikan harga satuan barang sehingga jumlah belanja akan naik, jika tidak diperhitungkan maka anggaran yang direncanakan tidak cukup untuk dibelanjakan. Kondisi ini pernah terjadi pada tahun tahun setelah krisis ekonomi global tahun 1997 an, banyak pemerintah daerah yang merivisi besaran rupiahnya dan kuantitas belanja barangnya, karena harga harga melonjak tajam pada saat itu.

Asumsi Suku Bunga

Asumsi berikutnya adalah tingkat suku bunga, tingkat suki bunga yang digunakan adalah sebesar 5 persen sampai dengan 5,3 persen.  Suku tidak hanya dipergunakan untuk memperkiraan pendapatan jasa giro tetapi juga untuk mengukur resiko fiskal, terutama bagi pemerintah daerah yang sensitif terhadap besarnya suku bunga. 

Asumsi Nilai Kurs

Untuk asumsi nilai kurs rupiah ke dolar amerika adalah sebesar 14.000 sampai dengan 14.500. Nilai Kurs mata uang dolar amerika akan sangat mempengaruhi besarnya anggaran jika banyak transaksi pemerintah daerah dalam bentuk dolar. Contoh bagi mereka yang yang belanja modalnya banyak menggunakan komponen dari luar  maka perubahan nilai tukar sangat berpengaruh signifikan terhadap besarnya belanja. Dalam hal ini, terkait kenaikan harga baja karena naiknya nilai kurs dolar akan berpengaruh terhadap besaran belanja kontruksi. Jika penyelenggara pembangunan (pemenang tender) harus membayar lebih besar dari RAB nya maka dapat menyebabkan proyek tersebut merugi dan bisa beresiko default. 

Asumsi asumsi dasar makroekonomi di atas harus benar benar disusun dengan baik sehingga tingkat prediktablenya tinggi. Dengan tingkat akurasi yang tinggi maka akan menghindarkan pemerintah daerah dari kesalahan penganggaran.

Setelah asumsi dasar ekonomi makro maka selanjutnya menetapkan tujuan. Tujuan pembangunan yang ditetapkan diukur dengan indikator ekonomi makro. Secara nasional tujuan tersebut adalah Indeks Pembangunan Nasional menjadi 72,51, menurunkan tingkat pengangguran menjadi 4,8% sampai dengan 5%. Sedangkan tingkat kemiskinan diharapakan turun menjadi 8,5% sampai 9% di tahun 2020. Sedangkan untuk melihat pemerataan hasil pembangunan maka diharapakan pada tahun 2020 gini rasio turun menjadi 0,375 sampai dengan 0,380.

Baca Juga : Perhitungan Dana Alokasi Umum